PENGKAJIAN
PEMERIKSAAN FISIK
A.
PENDAHULUAN
Perawat
masa kini dituntut untuk dapat menguasai dan mengaplikasikan metode pendekatan
pemecahan masalah (problem solving approach) didalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien.
Maka
perawat harus mempunyai pengetahuan dan kterampilan mengkaji, merumuskan
diagnosis keperawatan, memformulasikan rencana tindakan keperawatan, dan
membuat evaluasi.
Pengkajian
merupakan tahap yang paling utama dalam proses keperawatan, dimana pada tahap
ini perawat melakukkan pengkajian data yang diperoleh dari hasil
waawancara/anammesis, laporan teman sejawat, catatan kesehatan lain dan hasil
dari pengkajian fisik.
Pengkajian
fisik dalam keperawatan pada dasarnya mengunakan cara-cara yang sama dengan
ilmu kedokteran yaitu: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pengkajian
fisik kedokteran biasanya dilakukan dan diklasifikasikan menurut sisitem tubuh
manusia dimana tujuan akhirnya adalah untuk menentukan penyebab dan jenis
penyakit yang diderita pasien. Sedangkan pengkajian fisik bagi perawat yaitu
untuk menentukan respon pasien terhadap penyakit/berfokus pada respon
yang ditimbulkan pasien akibat masalah kesehatan yang sudah di diagnose oleh
dokter.
Dengan
kata lain perawat meneruskan tindakan keperawatan kepada pasien yang sudah di
diagnosis oleh dokter.
Karena
dari diagnosa dokter akan muncul berbagai masalah keperawatan yang
dialami pasien, sebagai contoh : pasien dengan diagnosa dokter ‘ stroke
hemoragik” disini akan muncul masalah keperawatan: 1. Gangguan kesadaran. 2.
Gangguan mobilitas fisik. 3. Dan masih banyak gangguan-gangguan kesehatan
yang lain.
· Adapun prinsip-prinsip umum dalam
melakukan pengkajian fisik adalah sebagai berikut:
-
Menjaga
kesopanan
-
Cara
mengadakan hubungan dengan pasien/kontrak
-
Pencahayaan
dan lingkungan yang memadai
-
Privacy /
menutup ruangan atau tempat tidur dengan tirai.
B.
PENGERTIAN
Pemeriksaan
fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian tubuh pasien baik
secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh informasi/data dari
keadaan pasien secara komprhensif untuk menegakkan suatu diagnosa
keperawatan maupun kedokteran.
C.
TUJUAN
- Untuk mencari masalah keperawatan
- Untuk menegakkan / merumuskan
diagnose keperawatan/kedokteran
- Untuk membantu proses rencana
keperawatan dan pengoatan
D.
PROSEDUR TINDAKAN
PEMERIKSAAN FISIK DARI KEPALA s.d UJUNG KAKI (HEAD TO TOE)
Note:
sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak dengan
pasien, yang didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di
perlukan dan terminasi/ mengakhiri.
Tahap-tahap
pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai
dari bagian tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku
2. Kepala meliputi: mata, hidung,
telinga dan mulut
3. Leher : posisi dan gerakan trachea,
JVP
4. Dada : jantung dan paru
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan
dalam
6. Genetalia
7. Kekuatan otot /musculosekletal
8. Neurologi
· Tahap-tahap pelaksanaanya adalah
sebagai berikut:
a. PEMERIKSAAN KULIT, RAMBUT DAN KUKU:
§ KULIT:
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit
-
Untuk mengetahui
adanya lesi atau bekas luka
Tindakan:
I = Inspeksi: lihat ada/tidak
adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan
distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan
turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral dingin
atau hangat.
§ RAMBUT:
Tujuan:
-
Untuk
menbetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut
-
Untuk
mengetahui mudah rontok dan kotor
Tindakan:
I = disribusi rambut merata atau
tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur:
kasar/halus
§ KUKU:
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang
-
Untuk
mengetahui kapiler refill
Tindakan:
I = catat mengenai warna :
biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena
hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan
hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.
b. PEMERIKSAAN KEPALA:
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui bentuk dan fungsi kepala
-
Untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala
Tindakan:
I = Lihat kesimetrisan wajah
jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu
menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan
patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
§ MATA:
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot
mata)
-
Untuk
mengetahui adanya kelainan atau peradangan pada mata
Tindakan:
I = Kelopak mata ada radang
atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan
sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada
hepar, pupil: isokor ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil
(suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien sudah meninggal)
Inspeksi gerakan mata:
- Anjurkkan pasien untuk melihat
lurus ke depan
- Amati adanya nistagmus/gerakan bola
mata ritmis(cepat/lambat)
- Amati apakah kedua mata memandang ke
depan atau ada yang deviasi
- Beritahu pasien untuk memandan dan
mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap lalu gerakkan jari ke
8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
-
Berdirilah
didepan pasien
-
Kaji kedua
mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
-
Beritahu
pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang,
misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
-
Kemudian
ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau
jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana
benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil
akurat).
Pemeriksaan visus mata:
-
Siapkkan
kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
-
Atur kursi
pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai
kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
-
Atur penerangan
yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
-
Tutup mata
yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
-
Memulai
memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang
terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
-
Catat
hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
-
Misal:
hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang
seharusnya dapat dilihat/dibaca pada jarak 5 m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat
melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak 2 m.
P = Tekan secara ringan untuk
mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba
keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.
§ HIDUNG:
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui bentuk dan fungsi hidung
-
Untuk
mendetahui adanya inflamasi/sinusitis
Tindakan:
I = Apakah hidung simetris,
apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
§ TELINGA
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga
-
Untuk
mengetahui fungsi pendengaran
Tindakan:
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya
lesy.
P
= Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di
lihat
Anak : Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan
otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen, peradangan
dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan
pendengaran:
1) Pemeriksaan dengan bisikan
-
Mengatur
pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
-
Mengistruksikan
pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
-
Membisikan
suatu bilangan misal “6 atau 5”
-
Menyuruh
pasien mengulangi apa yang didengar
-
Melakukan
pemeriksaan telinga yang satu
-
Bandingkan
kemempuan mendengar telinga ka.ki
2) Pemeriksaan dengan arloji
-
Mengatur
susasana tenang.
-
Pegang
sebuah arloji disamping telinga klien.
-
Menyuruh
klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
-
Memimndahkan
arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
-
Normalnya
pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
3) Pemeriksaan dengan garpu tala:
a. Tes Rinne
- Pegang garpu tala (GT) pada
tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
- Letakkan GT pada prosesus mastoideus
klien
- Menganjurkan klien mangatakan pada
pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
- Kemudian angkat GT dengan cepat dan
tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi parallel
dengan daun telinga.
- Mengistrusikan pada klien apakah
masih mendengara atau tidak.
- Mencatat hasil pemeriksaan
b. Tes Weber
- Pegang GT pada tangkainya dan
pukulkan pada telapak tangan atau jari
- Letakkan tangkai GT di tengah puncak
kepala/os. Frontalis atas.
- Tanayakan pada klien apakah bunyi
terdengar saama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas pada satu sisi saja.
- Mencatat hasil pemeriksaan
c. Tes Swebeck
- Untuk mengetahui membandingkan
pendengaran pasien dengan pemeriksa
- Dekatkan GT pada telinga klien
kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
§ MULUT DAN
FARING:
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
-
Untuk
mengetahui kebersihan mulut
Tindakan:
I = Amati bibir apa ada
klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
Amati
jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan
faring:
- Menyuruh pasien membuka mulut amati
mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
- Amati lidah tekstur, warna,
kelembaban, lesi
- Untuk melihat faring gunakan
tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien menjulurkan
lidah dan berkata “AH” amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap
faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
P
= Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri.
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai
handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “EL” sambil menjulurkan
lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk,
posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada respon nyeri pada tindakan
tersebut.
c. LEHER
Tujuan:
-
Untuk
menentukan struktur integritas leher
-
Untuk
mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan
-
Untuk
memeriksa sistem limfatik
Tindakkan:
I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar
tirod/gondok, dan adanya massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang
dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi-
amati apakah bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P
= Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.
d. DADA/THORAX
§ PARU/PULMONALIS
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi paru
-
Untuk
mengetahui frekuensi, irama pernafasan
-
Untuk
mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil
fremitus.
-
Untuk
mengetahui batas paru dengan organ disekitarnya
-
Mendengarkan
bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara
Tindakkan:
I
= Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati
gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P
= Palpasi ekspansi paru:
- Berdiri di depan klien dan taruh
kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien menarik
nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
- Berdiri deblakang pasien, taruh
telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari ka.ki di
dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang
5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan
ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan
anterior:
- Meletakkan telapak tangan kanan di
belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi posterior) .
- Menginstrusikkan pasien untuk
mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
- Minta klien untuk mengulangi
mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi ka.ki
kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
- Bandingkan vremitus pada kedua sisi
paru
- Bila fremitus redup minta pasien
bicara lebih rendah
- Ulangi/lakukkan pada dada
anterior
Pe/Perkusi
=
-
Atur
pasien dengan posisi supinasi
-
Untuk
perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5
tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru,
batas paru hepar dan jantung: redup)
-
Jika ada
edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi
=
-
Gunakkan
diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
-
Letakkan
stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan
kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
§ JANTUNG/CORDIS
I = Amati denyut apek jantung
pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
- Palpasi spasium interkostalis ke-2
kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2 kiri letak
pulmonal kiri.
- Palpasi spasium interkostalis ke-5
kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi
- Dari interkosta ke-5 pindah tangan
secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan ditemukkan daerah
apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada
area ini.
- Untuk mengetahui pulsasi aorta
palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe
=
- Perkusi dari arah lateral ke medial
untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
- Lakukan perkusi dari sebelah kanan
ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
- Lakukan dari atas ke bawah untuk
mengetahui batas atas dan bawah jantung
- Bunyi redup menunjukkan organ
jantung ada pada daerah perkusi.
Aus
=
-
Menganjurkkan
pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
-
Dengarkkan
suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil
menekan arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi
dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu
sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi
meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung
“LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.
e. PERUT/ABDOMEN
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui bentuk dan gerak-gerakkan perut
-
Untuk
mendengarkan bunyi pristaltik usus
-
Untuk
mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen
Tindakkan:
I
= Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan,
adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
P
= Palpasi ringan: Untuk mengetahui
adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada abdomen secara
berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui
posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode bimanual/2 tangan.
HEPAR:
-
Letakkan
tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
kira;kira pada interkosta ke 11-12
-
Tekan saat
pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
LIMPA:
-
Metode
yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
-
Anjurkan
pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta
pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya
limpa.
-
Pada orang
dewasa normal tidak teraba
RENALIS:
-
Untuk
palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal
3-4 dibawah kosta kanan.
-
Untuk
palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
-
Tekan
sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan
bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.
f. GENETALIA
TUJUAN
-
Untuk
mengetahui adanya lesi
-
Untuk
mengetahui adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll)
-
Untuk
mengetahui kebersihan genetalia
Tindakkan:
§ Genetalia
laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi
buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia
inguinal, amati bentuk dan ukuran
P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan
ibu jari
§ Genetalia
wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau
tidak
Amati adanya lesi, eritema,
keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan
jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput dara,
orifisium dan perineum.
g. REKTUM DAN ANAL
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui kondisi rectum dan anus
-
Untuk
mengetahui adanya massa pada rectal
-
Untuk
mengetahui adanya pelebaran vena pada rectal/hemoroid
Tindakkan:
-
Posisi
pria sims/ berdiri setengah membungkuk, wanita dengan posisi
litotomi/terlentang kaki di angkat dan di topang.
-
Inspeksi
jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus
-
Palpasi :
ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya nodul
dan atau pelebaran vena pada rectum.
h. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
Tujuan:
- Untuk memperoleh data dasar tentang
otot, tulang dan persendian
- Untuk mengetahui mobilitas, kekuatan
otot, dan gangguan-gangguan pada daerah tertentu.
Tindakkan:
MUSKULI/OTOT:
-
Inspeksi
mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan catat jika ada
perbedaan dengan meteran)
-
Palpasi
pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui adanya
kelemahan dan kontraksi tiba-tiba
-
Lakukan
uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong tangan
pemeriksa dan bandingkan tangan ka.ki
-
Amati
kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan bawah,
suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya dari yang
lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
TULANG/OSTIUM:
-
Amati
kenormalan dan abnormalan susunan tulang
-
Palpasi
untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka
PERSENDIAAN/ARTICULASI:
-
Inspeksi
semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
-
Palpasi
persendian apakah ada nyeri tekan
-
Kaji range
of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)
i. PEMERIKSAAN SISTEM NEUROLOGI
Tujuan:
-
Untuk
mengetahui integritas sistem persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial,
sensori, motor dan reflek.
Tindakkan:
§ Pengkajian
12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
I.
Olfaktorius/penciuman:
o
Meminta
pasien membau aroma kopi dan vanilla atau aroma lain yang tidak menyengat.
Apakah pasien dapat mengenali aroma.
II.
Opticus/pengelihatan:
o
Meminta
kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-benda disekitar, jelas
atau tidak.
III.
Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi
pupil:
Kaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan
cahaya dan akomodasinya.
IV.
Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas
dan bawah:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat k etas dan bawah
V.
Trigeminal/sensori kulit wajah,
pengerak otot rahang:
Sentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji
reflek kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan))
Ukur sensasi dari sentuhan ringan sampai kuat pada
wajah kaji nyeri menyilang pada kuit wajah
Kaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi
otot-otot rahang
VI.
Abdusen/gerakkan bola mata
menyamping:
Kaji arah tatapan, minta pasien melihat kesamping ki.ka
VII.
Facial/ekspresi wajah dan pengecapan:
Meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, menggembungkan
pipi, menaikan dan menurunkan alis mata, perhatikkan kesimetrisanya.
VIII.
Auditorius/pendengaran:
kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh
klien mengulangi kata/kalimat.
IX.
Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan
menelan, gerakan lidah:
Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian
pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag”
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
X.
Vagus/sensasi faring, gerakan pita
suara:
Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan palatum
dan faringeal
Periksa kerasnya suara pasien
XI.
Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah
yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan
XII.
Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah
dan menggerakkan ke berbagai sisi.
§ Pengkajian
syaraf sensori:
Tindakkan:
-
Minta
klien menutup mata
-
Berikkan
rasangan pada klien:
Nyeri superficial: gunakkan jarum tumpul dan tekankan
pada kulit pasien pada titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk
mengungkapkan tingkat nyeri dan di bagian mana
Suhu: sentuh klien dengan botol panas dan
dingin, suruh pasien mengatakkan sensasi yang direasakan.
Vibrasi: tempelkan garapu tala yang sudah di
getarakan dan tempelkan pada falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk
mengatakkan adanya getaran.
Posisi: tekan ibu jari kaki oleh tangan
pemeriksa dan gerakkan naik-turun kemudian berhenti suruh pasien mengtakkan
diatas/bawah.
Stereognosis: berikkan pasien benda familiar (
koin atau sendok) dan berikkan waktu beberapa detik, dan suruh pasien untuk
mengatakkan benda apa itu.
§ Pengkajian
reflex:
1. Refleks Bisep
-
Fleksikan
lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi
(menghadap ke bawah)
-
Letakkan
ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari
lain diatas tendon bisep
-
Pukul ibu
jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks
2. Refleks Trisep
-
Letakkan
lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
-
Tempatkan
lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi
-
Meminta
pasien untuk merilekkan lengan
-
Raba
terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang
-
Pukul
tendon pada fossa olekrani, kaji reflek
3. Refleks Patella
-
Minta
pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi
-
Rilexkan
pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada
-
Pukul
tendo patella, kaji refleks
4. Refleks Brakhioradialis
-
Letakkan
lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
-
Tempatkan
lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
-
Pukul
tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat
reflex.
5. Reflex Achilles
-
Minta
pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada
pemeriksaan patella
-
Dorsofleksikan
telapak kaki dengan tangan pemeriksa
-
Pukul
tendo Achilles, kaji reflek
6. Reflex Plantar (babinsky)
-
Gunakkan
benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer
-
Goreskan
pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai
dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
7. Refleks Kutaneus
a) Gluteal
-
Meminta
pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
-
Ransang
ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
-
Reflek
positif spingter ani berkontraksi
b) Abdominal
-
Minta
klien berdiri/berbaring
-
Tekan
kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan
reflek otot abdominal
-
Ulangi
pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan bawah ki.ka
c) Kremasterik/pada pria
-
Tekan
bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
-
Normalnya
skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang
0 komentar:
Posting Komentar